Cinta di Atas Pengkhianatan, Layakkah Dipertahankan?
Cinta adalah misteri yang kita sendiri tak memahami kepada siapa cinta itu akan berlabuh. Saat kita tahu orang yang kita cintai telah menjadi milik orang lain, akankah cinta itu terus dipupuk? Bukankah sebaiknya kita belajar menerima kenyataan dan mencoba membuka hati untuk cinta yang baru?
Seorang teman pria saya (Angga) kemarin
meminta pendapat saya mengenai kisah cintanya. Angga (30) saat ini
tengah menjalin hubungan dengan kekasihnya, Mia (30) yang berstatus
sebagai istri orang lain.
Angga mengenal Mia saat perusahaan
mereka menjalin kerjasama. Waktu itu Mia belum menikah. Sebagai Public
Relation, Mia dituntut untuk selalu bersikap ramah kepada klien.
Keramahan sikap Mia membuat Angga jatuh cinta.
Angga, pria lajang ini sebenarnya telah
memiliki kekasih sejak kuliah dulu. Hubungan Angga dan kekasihnya telah
berjalan hampir 5 tahun. Namun saat Angga jatuh cinta pada Mia, hubungan
Angga dan kekasihnya Kandas.
Angga harus menerima kenyataan pahit
ketika mengetahui Mia ternyata telah bertunangan dan akhirnya menikah
dengan suaminya yang sekarang. Angga pun kemudian mencoba melupakan Mia
dan mulai menjalin hubungan dengan perempuan lain.
Pasca melahirkan anak pertama, Mia
kembali menghubungi Angga. Hubungan mereka kembali terjalin. Ternyata
cinta Angga kepada Mia kian subur. Tak terasa kisah cinta terlarang
mereka telah terjalin 2 tahun terakhir ini.
Angga tahu persis apa yang dijalaninya
adalah keliru. Namun cinta telah sempurna menutup mata hati Angga untuk
berpikir sehat bahwa ia takkan bisa memiliki Mia seutuhnya.
Suami Mia sebenarnya telah mencium
gelagat perselingkuhan istrinya. Ia bahkan sempat mengancam Angga via
SMS agar Angga meninggalkan Mia. Namun Mia tetap pada cintanya meskipun
suaminya berulang kali mengingatkannya bahwa ia telah memiliki keluarga.
Nampaknya kekesalan suami Mia pada puncaknya hingga ia tak kuasa saat
tangannya memukul Mia.
Perlakuan suaminya tak lantas membuat
Mia sadar diri. Ia justru semakin cinta kepada Angga hingga tak mungkin
bisa lepas dari Angga. Saat mengetahui Angga dekat dengan perempuan
lain, Mia begitu marah! Ia tak rela jika Angga meninggalkannya.
Angga berdalih, “aku tak bisa lepas
dari Mia karena aku sangat mencintai dia. Aku tak bisa kehilangan dia.
Aku terlanjur cinta Mia meski kutahu dia milik orang lain. Ketika aku
berusaha melupakan dan meninggalkan Mia, hatiku sakit sekali. Begitu
pula Mia. Ia tak mau kutinggalkan. Aku harus bagaimana sekarang?”
Terlanjur cinta? Begitu banyak orang
yang terbuai dengan kata-kata itu. Dengan berprinsip terlanjur cinta,
tak sedikit orang yang akhirnya mengikuti kata hati mereka untuk
menjalani cinta “kucing-kucingan”. Meski lelah dan hanya membuang-buang
waktu banyak pasangan yang rela menjalani kisah cinta mereka di atas
sebuah pengkhianatan.
Saya bertanya kepada Angga, jika Mia
benar-benar mencintai Angga, beranikah ia mengambil keputusan mengakhiri
rumah tangganya kemudian menikah dengan Angga? Angga menjawab bahwa ia
pernah menanyakan hal itu, namun Mia marah. Mia bilang jangan pernah
menuntutnya untuk meninggalkan suaminya.
Yang Mia inginkan hanyalah cinta Angga.
Ia tak mau Angga meninggalkannya dan ia tak mau jika harus meninggalkan
suaminya. Well… Adilkah apa yang dilakukan Mia terhadap Angga? Jika Mia
cinta, tak mungkin ia bersikap labil dan tak berani mengambil keputusan
apapun.
Jika Mia benar cinta, tak mungkin ia
bersikap egois hanya memikirkan hidupnya sendiri. Jika nyata ia
mencintai Angga, seharusnya ia merelakan orang yang dicintainya bahagia
bersama yang lain dan bukan mengekangnya untuk tetap bersamanya tanpa
ada solusi mau dibawa kemana hubungan mereka itu.
Dua tahun waktu yang cukup untuk
mengambil sikap apakah hubungan itu akan berlanjut atau berakhir. Jika
hubungan itu terus berlanjut, bagaimana nasib dan masa depan Angga
kemudian? Akankah ia selamanya menjadi ’simpanan’ (kekasih gelap) Mia,
sedangkan usia Angga tak mungkin bisa menunggu.
Semalam saya bertanya tegas kepada
Angga, apakah akan selamanya ia bergantung dari keputusan Mia yang tak
jelas. Seharusnya Angga paham, bahwa hubungannya dengan Mia cepat atau
lambat akan berakhir jika Mia tak segera mengambil keputusan. Ibarat
bolak balik membaca buku, kita tahu endingnya apa dan bagaimana.
Pikirkanlah harapan orangtua yang
mendambakan putra kesayangan mereka hidup normal dan bahagia. Mereka
tentu mengharapkan menimang cucu dari Angga. Jika Mia tak bisa
mewujudkan itu semua, apa lagi yang ditunggu dari Mia.
Kisah serupa Angga ini bukanlah sekali
saya temui. Ini adalah kesekian kalinya teman pria saya curhat saat
mereka menjadi kekasih gelap istri orang. Hal ini sungguh menjadi
‘tamparan keras’ bagi saya sebagai perempuan.
Dalam beberapa tulisan, saya seringkali
mengecam begitu seringnya suami yang tega berselingkuh atau mengkhianati
perkawinan. Namun faktanya, ternyata tak hanya satu orang istri seperti
Mia yang menduakan suaminya. Apakah hal ini telah menjadi sebuah
fenomena?
Bersyukur semalam Angga mulai terbuka
hatinya. Saya berusaha untuk terus memberi pengertian kepadanya. Jika ia
meneruskan hubungan ini, dua hal yang akan ia hadapi. Pertama, rumah
tangga Mia besar kemungkinan akan hancur dan yang kedua, anak Mia akan
menjadi korban jika orang tuanya kemudian berpisah karena kehadiran
Angga.
Angga bilang, ia pasti akan merasakan
sakit teramat sangat jika kehilangan Mia. Saya bisa memaklumi hal itu.
Tak ada perpisahan yang tak berurai airmata. Namun jika niat di hati
telah bulat untuk mengubah hidup, memang diperlukan pengorbangan. Angga
harus tega mengorbankan cintanya terhadap Mia agar ia bisa melanjutkan
hidupnya.
Angga tak sendiri. Begitu banyak orang
yang mengalami kegagalan dalam percintaan, namun mereka bisa melalui
semua meski hati hancur. Bukankah kegagalan cinta akan membuat hati kita
kuat sehingga menjadikan kita pribadi tangguh, dewasa dan tidak
cengeng.
Obat yang paling ampuh saat patah hati
cuma satu, jatuh cinta lagi dan membuka hati untuk cinta baru. Saat
patah hati, sehari bahkan seminggu tentunya hati akan sedih. Sebulan pun
masih menyisakan pedih di hati. Memasuki dua bulan, hati akan terbiasa.
Saat tiga bulan tak bersamanya, niscaya perlahan akan pupus dan sirna
segala sakit yang mendera. Semoga Angga kuat menerima kenyataan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar